1berita.com – “Saya dan juga dua relawan MER-C lainnya memilih untuk menetap di Gaza mengingat kami akan terus membantu warga Gaza, yang saat ini banyak sekali membutuhkan bantuan-bantuan dan juga terkhusus kita akan membantu juga ke Rumah Sakit Indonesia yang sampai saat ini, warga-warga yang mengalami luka-luka terus dilarikan ke rumah sakit Indonesia,” ujar relawan MER-C di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Fikri Rofiul Haq.
Berani Bertahan di Gaza: Cerita Pilihannya Bersama Rekan-rekan, Sementara Warga Lain Mengungsi
Saat konflik melanda Gaza, satu individu memutuskan untuk bertahan di tengah-tengah kekacauan bersama rekan-rekannya, meskipun sebagian besar warga lain memilih untuk mengungsi. Kemenlu Indonesia secara tegas menyatakan bahwa Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah hasil dari kontribusi penuh masyarakat Indonesia, dirancang untuk tujuan kemanusiaan dan memberikan pelayanan medis bagi masyarakat Palestina yang memerlukan di Gaza.
Beberapa waktu lalu ketika tank-tank masuk ke jalur Gaza, Fikri dan rekan-rekan Indonesia lainnya sempat memikirkan bagaimana keputusan yang harus diambil, tetap bertahan atau mengungsi.
“Jawaban saya tegas: Kami akan tetap terus tinggal, akan tetap terus berada di Jalur Gaza, karena kalau kami mengungsi tidak ada perwakilan dari Indonesia lagi, terutama perwakilan di Rumah Sakit Indonesia untuk membantu warga Gaza, yang sampai saat ini masih membutuhkan bantuan”, tutur Fikri.
Dukungan keluarga
Dalam kisahnya, Fikri membagikan bahwa dukungan keluarganya terhadap keputusannya untuk bertahan di Gaza sangat kuat. Tim pusat MER-C juga memberikan dukungan penuh dan terus mendoakan keselamatan para WNI, serta keselamatan bagi warga Gaza secara keseluruhan.
“Dan juga terlebih ayah saya sendiri sangat mendukung, di mana memang sudah sepuluh tahun menjadi relawan MER-C yang berada di Jalur Gaza semenjak 2012 sampai 2020,” tambah Fikri.
Ia mengakui terlintas kadang ada rasa takut, tapi karena sudah tiga tahun menjadi tim relawan MER-C semenjak 2020, ia merasa lebih berpengalaman dalam mengatasi rasa takut tersebut.
“Pada 2021 juga sudah terjadi peperangan yang cukup besar selama 11 hari. Pada saat itu memang saya mengalami stres dan ketakutan sangat besar. Namun, hari demi hari kami mencoba membiasakan diri dengan situasi sampai saat ini dan juga alhamdulillah sampai saat ini situasi dan juga mental kami masih terus semangat untuk membantu warga Palestina,” tandasnya.
Sebetulnya, relawan MER-C mempunyai tempat beristirahat di Wisma Indonesia, tapi menurut Fikri, beberapa waktu lalu serangan-serangan bom Israel begitu gencar, sehingga membuat kerusakan pada wisma.
Oleh sebab itu ia memutuskan untuk mengungsi ke ruang bawah tanah milik Rumah Sakit Indonesia, namun masih terus bolak-balik ke Wisma Indonesia untuk sekadar makan dan juga aktivitas lainnya.